astagfirullahaladzim !! Benci Sama Ibunya Kenapa Anak Yang Jadi Korban Penyiksaan.
Dadang Supriatna (29) mengakui
semua perbuatannya dan dengan sadar menganiaya Iqbal Sahputra sejak akhir
Desember 2016. Penyiksaan sadis teehadap bocah 3,5 tahun itu dilakukannya
lantaran sakit hati dengan Ibu korban, Iis Novianti, 28 yang punya cowok lain.
“Saya sudah lama kenal dengan
Iis dan anaknya, termasuk suaminya, Yasin. Suaminya dulu juga pengamen seperti
saya di Stasiun Senen, tapi Yasin tidak pernah kumpul dengan saya kalau
ngamen,” kata Dadang.
Sejak suami Iis meninggalkan
tahun 2015, kata Dadang, prilaku Iis sedikit berubah sering termenung dan suka
marah-marah termasuk ke anaknya. Meski demikian ia tetap menjual Es Poci
keliling diambli dari warung Pecal Lelel, Ibu Siti di parkiran sepeda motor
proyek Pasar Senen, Jakarta Pusat. Setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 05.00,
Iis menawarkan Es tersebut ke pengunjung dan pedagang di area toko di proyek
pasar Senen.
Dari pergelas pelastik es itu,
Iis mengantongi keuntungan Rp 1.500. Satu gelas es diambil dari warung Ibu Siti
Rp 3.500, kemudian dijual kembali Rp 5000 per gelas. Dadang mengatakan, ia
jatuh cinta pada Iis karena kasihan melihatnya sehari-hari berjualan es. “Sejak
suaminya meninggal saya sering beli esnya, terus saya ajak Iqbal ngamen sama
saya. Abis itu Iqbal saya antar ke Ibunya dari pada keluyuran main di jalan,”
ujar Dadang.
Sejak
itu hubungan Dadang dengan Iis semakin dekat, dan sering membelikan Iqbal
mainan agar Ibunya suka. “Saya mengutarakan ke Iis bahwa saya suka dan kita
berpacaran selama 3 minggu,” ingatnya. Selama pacaran, sambung Dadang mereka
sering jalan dan nonton film di bioskop. “Saya berencana mau menikahinya dan
kita sudah dua kali berhubungan intim, tapi sejak saya dengan Iis punya cowok
lain seorang pemulung saya jadi marah,” tukas Dadang.
Dadang mengaku, teman-temannya
sesama pengamen melihat Iis bersama pria lain dan perkataan itu bukan sekali
dua kali dari teman-temannya, tapi banyak yang sudah melihatnya. “Saya tanya,
dia (Iis) bilang cowok itu saudaranya. Ternyata dia sudah berbohong.”
Awal
Desember 2016, diam-diam Dadang mengajak Iqbal yang sedang bermain di area
Proyek Senen untuk mengamen. Sejak itu, Iqbal tidak dibawa pulang dan terus
bersamanya. Selama bersamanya, Iqbal sering menangis dan minta untuk pulang ke
Ibunya, namun tidak dituruti Dadang. “Dia minta mainan, kalau tidak di kasi
nangis. Saya jadi marah dan memukulnya pertama kali di Fatahillah, Kota akhir
Desember tahun 2016 lalu.”
“Dia membuat pusing dan sering
ngesalin saya. Kalau malam suka nagis makanya saya pukul dan tendang. Lidahnya
saya gunting, saya kilaf, Pak. Saya sebenarnya tidak mau menyakitinya, Ibunya
yang membuat saya begini,” sambungnya. “Saya siap menerima hukuman berat, saya
benar-benar kilaf,” kata Dadang lagi dengan wajah menyesal.
Ibu Siti pedagang tempat Iis
mengambil es mengaku, sejak anaknya hilang Iis seperti tidak perduli. Dan
dagangan es yang dijualnya seharian dari empat gelas plastic yang dibawa hanya
laku dua gelas. “Saya bilang kamu kok biasa aja kehilangan anak. Dia (Iis)
bilang, saya orang susah, Bu. Saya mau cari ke mana ? Saya hanya bisa lapor
polisi,” ujar Ibu Siti meniru ucapan Iis.
Selain melapor ke Polsek Senen,
Siti juga menyebar dan menempel foto copy kertas berisi gambar Iqbal di
satasiun senen dan proyek pasar senen. Siti mengaku, biasanya Iis kalau pagi
bersama anaknya datang dari rumahnya di Perumahan Griya Asri 2 RT 6 RW 12,
Tambun Selatan, Bekasi naik kereta. “Sejak anak hilang, dia mulai tidak focus
berjualan dan saya tidak tahu lagi keberadaannya,” ujar Ibu Siti.
Comments
Post a Comment