Bantuan Indonesia Untuk Suriah Tak ‘Dinikmati’ Warga Sipil, Mengapa? Ini Alasannya
Penduduk
Aleppo yang wilayahnya berhasil direbut oleh pasukan pemerintah Suriah menuduh
pemberontak merampas bantuan yang ditujukan kepada warga sipil.
Mereka mengatakan menemukan
makanan dan perlengkapan lainnya di sebuah sekolah yang dipakai kelompok Jaish
al-Islam sebagai kantor pusatnya di distrik al-Kalasa. Jaish al-Islam adalah
koalisi yang terlibat dalam perang saudara Suriah. Kelompok ini diduga didukung
oleh Arab Saudi.
“Mereka melarang kami melakukan semuanya. Tidak ada susu, tak
boleh memasak, tidak ada daging, bahkan lemon,” ujar seorang perempuan bernama
Hanan al Salem yang mendatangi gedung sekolah itu seperti dilansir euronews.
Seperti yang dilansir dari liputan6.com sementara seorang warga
lainnya bernama Amer mengatakan hal serupa, “Mereka menyimpan semuanya disini.
Bahkan kami tidak diizinkan untuk memakan sepotong roti. Kami mati kelaparan
dan banyak dari kami tidur dalam keadaan perut kosong.”
Dalam video euronews yang beredar tampak salah satu bantuan —
yang turut “disita” para pemberontak — berasal dari Indonesia. Pada kardus
tertera tulisan ‘Indonesian Humanitarian Relief’ (IHR) — lembaga non-pemerintah
yang didirikan dan dikelola oleh aktivis kemanusiaan, paralegal, dan tokoh
masyarakat.
Warga juga mengeluhkan kenaikan
harga kebutuhan dasar. Menurut mereka satu kilogram gula bahkan mencapai US$ 16
atau setara dengan Rp 215 ribu.
Salah satu penyebab jatuhnya Aleppo ke tangan rezim Suriah yang
dipimpin oleh Presiden Bashar al-Assad adalah friksi di antara mereka.
Jaish al-Islam sendiri dituduh telah melakukan kekejaman
terhadap warga sipil. Oleh Rusia dan Suriah, mereka ditetapkan sebagai kelompok
teroris.
Menurut lembaga HAM PBB, distrik al-Kalasa merupakan salah satu
dari empat kawasan di mana pasukan militer Suriah sengaja menembak mati warga
sipil.
Comments
Post a Comment